Kisah Cerita Akhir Serial Mahadewa Di ANTV
Mahadewa artinya Tuhan Yang Maha Besar dalam agama Hindu,
nama lain beliau adalah Shiwa. Shiwa di bumi bersemayam di Kailasha yang
Menurut keterangan kitab suci, merupakan perbatasan antara alam nyata dengan
surga yang terletak dipuncak gunung Himalaya.
Gunung himalaya dipercaya gunung paling suci umat Hindu,
seperti dinyatakan di dalam Bhagavad Gita; “Di antara gunung, Aku adalah
Himalaya”, di gunung inilah bhatara Shiwa beryoga. Sedangkan di dalam diri
manusia, bhatara Shiwa bersemayam didalam lubuk hati manusia, disebut sebagai
Siwa Atma atau paramaatman.
Dewi sati (dalam film dikatakan Shakti), nama lainnya adalah
Dewi Uma, pada inkarnasi berikutnya sebagai Dewi Parvati. Sati merupakan simbol
kesetiaan seorang istri terhadap suaminya, dengan membakar diri ketika suaminya
diaben.
Tradisi ini pernah terjadi di Nusantara, khususnya Jawa dan Bali, juga
di India. Cerita atau Tradisi ini di Indonesia dihapuskan Belanda, di India
dihapuskan Inggris.
Serial Hindi Mahadewa Daksa pada Serial Mahadewa digambarkan sebagai Dewa yang
arogan terhadap Shiwa, Ia salah satu putra Brahma diantara 9 putra Brahma yang
diangkat sebagai “prajapati”, yang mencipta dan menjaga kelestarian makhluk.
Brahma menikah dengan Prasuti putri dari Swayambhu Manu dan
mereka dikaruniai 15 putri. Sati adalah salah satu putrinya yang dikawinkan
dengan Mahadewa. Pada suatu saat diadakan upacara Yajna Agung yang diketuai
oleh Marici, kakak Daksha.
Semua penduduk kahyangan hadir. Dan, pada saat Daksha masuk
dia nampak begitu berwibawa seperti matahari yang menyinari ruangan upacara.
Semua resi berdiri dan menghormat Daksha kecuali Brahma dan
Mahadewa. Daksha kemudian bersujud mengambil debu di kaki Brahma, sang ayahanda
dan meletakkannya di kepala. Akan tetapi Daksha tersinggung dan marah kepada Mahadewa
yang tidak berdiri menyambutnya seperti resi-resi yang lain, padahal Mahadewa
adalah menantunya.
Sinopsis Serial Mahadewa juga akan diceritakan percintaan
Dewa Shiwa, hingga lahirnya Ganesha dan Kartikeya (di Bali disebut Dewa Kumara,
Dewanya para anak kecil).
Dalam diri sati terjadi perang batin dan akhirnya Sati
memenangkan perasaan kewanitaannya dan mendatangi upacara Yajna yang diadakan
oleh ayahandanya. Sati melihat upacara yang agung dan semua kursi kehormatan
telah terisi.
Sati melihat semua orang dan melihat ke arah ayahnya, akan
tetapi ayahnya seolah-olah tidak melihat dirinya. Tak seorang pun yang berani
mengingatkan Daksa, dan tak seorang pun yang datang menyambut Sati. Hanya ibu
dan sudari-saudarinya yang menyambutnya dengan pelukan.
Daksha melakukan Yajna sebagai persembahan kepada Tuhan,
akan tetapi dia tak sadar bahwa dia masih mempunyai rasa kemarahan dan
keangkuhan terhadap Mahadewa. Rasa kemarahan dan keangkuhan adalah rasa bahwa
dirinya besar, padahal melakukan persembahan mestinya dilakukan dengan tulus
ikhlas dan menjadikan diri kita seperti seorang kawula di hadapan Majikan Agung.
Sati sadar bahwa Yajna ini ditujukan untuk menghina
Mahadewa. Dengan bibir gemetar menahan kemarahannya Sati berkata, “Seorang
bodoh seperti ayahanda memusuhi Tuhan yang tak ada bandingnya di alam semesta
ini.
Hanya orang bodoh yang melakukan hal ini. Makin baik
seseorang maka mereka mengabaikan kesalahan dan mempertimbangkan kebaikan orang
lain. Perilaku ayahanda tidak mempengaruhi suamiku, akan tetapi aku tidak bisa
menerima itu.
Suamiku disebut Shiva, segala sesuatu yang murni, baik dan
suci. Ayah membencinya karena ayah adalah asiva. Aku malu badanku ini berasal
dari ayahanda penghina Shiva. Aku tidak ingin dikenal sebagai Dakshayani, putri
Daksha di alam selanjutnya.
Badan ini cukup lama dipakai diriku dan sekarang kulepaskan.
Sati duduk dalam posisi yoga dan badannya mulai terbakar api yang dipanggilnya.
Sati menjadi abu.
Para pengawal Sati menyerang Daksha, akan tetapi Bhrigu
tidak ingin orang merusak upacara dan segera membaca mantra. Dan, dari api
persembahan keluar makhluk yang menghalau para pengawal Sati.
Resi Narada mendatangi Mahadewa dan menceritakan apa yang
terjadi pada Sati. Mahadewa tidak terkejut karena dia telah tahu apa yang akan
terjadi.
Shiva kemudian mencabut rambutnya dan melemparkannya ke
tanah dan rambut itu berubah wujud menjadi Virabhadra makhluk tinggi besar yang
menyala-nyala. Ia mempunyai seribu lengan dan memakai kalung tengkorak seperti
Shiva.
Dia melakukan perintah Shiva untuk membunuh Daksha dan
menghancurkan segalanya di sana. Bhrigu yang mengutuk pengikut Mahadewa dicabut
kumisnya oleh Virabhadra.
Pusan yang mengetawakan Shiva giginya semua lepas karena
pukulan Virabhadra. Bhaga yang telah menghasut Daksa untuk mengabaikan Sati
matanya dihancurkan. Daksha akan dipancung tetapi tidak bisa dan Virabhadra
sadar bahwa hal tersebut terjadi karena Daksha sedang mengadakan Yajna.
Maka kepala Daksha dilepas dengan tangannya dan
dilemparkannya ke api sebagai persembahan. Setelah itu Yirabhadra dan pengawal
Shiva kembali ke Kailasha.
Dewa Siwa sangat murka atas meninggalnya Dewi Sati. Bumi
tengah porak poranda dan Mahishasura (setan) yang dari awal ingin membunuh Sati
bersuka cita. (Karena terlibat perjanjian dengan Dewa Siwa bahwa yang hanya
dapat membunuhnya adalah anak dari Dewa Siwa). Ayah Sati, Prajapati Daksa
dipenggal kepalanya di depan api ritual oleh Rudra (bentuk lain dari Dewa
Siwa).
Dewa-Dewi lainnya merasa bersalah dan mengatur ntuk kelahran
kembali dari Adhi Sakti milik Siwa dalam bentuk manusia lagi. Adhi Sakti
tersebut dilahirkan sebagai putri dari keluarga Raja Himalaya dengan kondisi
yang lebih siap dan layak. Putri tersebut bernama Parwati (Parvati/Uma/Durga). Sementara
itu Siwa berlarut dalam kesedihan di bentuk manusia dan mengembara keliling
dunia.
Setelah terlahir ke dunia, seluruh dewa dan brahmana
(sebagai penebus rasa bersalah) membantu kesiapan dan kelayakan Parwati untuk
mengahadap dan mendampingi Dewa Siwa. Kelebihan Parwati sedari kecil adalah
dapat melindungi dirinya sendiri.
Semuanya bejalan dengan lebih lancar jika dibandingan dengan
kisah Dewa Siwa dan Dewi Sati. Parwati yang merupakan reinkarnasi dari Dewi
Sati sudah mengetahui dirinya adalah istri dari Dewa Siwa sejak dia masih
kecil.Dewi Sati dan Dewi Parwati adalah sama, hanya kesiapan dan kesabaran saja
yang menjadi keunggulan Dewi Parwati, cinta dari bentuk Adhi Sakti ini hanya
untuk Dewa Siwa saja.
Dewi Parwati menyiapkan dirinya bahkan menempuh peleburan
dosa untuk menjadi layak bagi Dewa Siwa. Dengan menjalankan berbagai macam
proses, pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua mereka juga dirayakan
oleh semua umat Hindu sebaga hari yang berbahagia, Hari Maha Shivaratri.
Kelanjutan cerita ini menceritakan tentang anak-anak dari
Dewa Siwa dan Dewi Parwati, salah satunya yaitu Ganesha yang saat ini menjadi
Dewa yang paling banyak disembah di muka bumi karena simbolnya yang
mencerminkan pengetahuan dan pelindung sastra.
Kisah Akhir Serial Mahadewa
Reviewed by Unknown
on
03.04
Rating: